LINGKAR INDONESIA (Kota Bekasi) – Jamaah lansia akan mendominasi penyelenggaraan musim haji tahun 1444H/2023M. Sekitar  62 ribu jemaah haji lanjut usia (lansia) yang harus difasilitasi dan dilayani dari aspek Ibadah maupun layanan lainnya.

Terkait hal itu, tentu, perlu ada fasilitas dan pelayanan khusus agar para jamaah ini bisa melaksanakan ibadah secara  sempurna dan mabrur tentunya.

Kira – kira, apa saja yang perlu dipersiapkan terkait mitigasi layanan lansia dengan standar, aspek kesehatan maupun layanan umumnya ?. Berikut wawancara khusus dengan H. Siswadi Abdul Rochim, MBA – sosok pegiat sosial yang aktif dalam berbagai organisasi diantaranya, Ketua Pembina Yayasan Kelompok Bimbingan Ibadah Haji AL JAZEERA Kota Bekasi, Ketua Dewan Penasehat Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI), Ketua Dewan Pengawas Perkumpulan Penyandang Fisik Indonesia (PPDFI), Ketua Badan Perwakilan Anggota Dewan Nasional Indonesia untuk Kesejahteraan Sosial (DNIKS), Pembina Yayasan Masjid Baitul Makmur Perumahan Telaga Sakinah Cikarang Barat, Kabupaten Bekaasi, Pengurus Lembaga Lansia Indonesia (LLI), Founder Pusat Kajian Manajemen Stratejik(PKMS), serta Pembina Gerakan Aksesibilitas Umum Nasional (GAUN).

MLI : Sistem apa yang perlu dibangun kedepan, karena dengan antrian yang begitu panjang dan memerlukan waktu tahunan, tentu jamaah lansia akan terus mendominasi dalam pelaksanaan ibadah haji beberapa tahun kedepan, apalagi komposisi generasi X dan baby bomer ini mencapai lebih dari 32 % penduduk Indonesia. Sebut misalnya terkait pelayanan fisik?

Siswadi : Pertama perlu saya sampaikan apresiasi kepada Kementrian Agama yang telah menyampaikan tema Haji dengan Ramah Lansia. Jadi ramah lansia ini kami maknai bahwa dalam penyelenggaran haji ini memberikan pelayanan prima kepada haji lansia. Dalam pelayanan prima ini ada dua kelompok besar yakni, pelayanan fisik dan non fisik.

Pelayanan fisik ini, sebagaimana kita maklumi, bahwa sebagian besar lansia akan mengalami hambatan atau kesulitan ketika melaksanakan perjalanan dan menunaikan amalan-amalan haji, karena amalan haji kebanyakan berupa amalan fisik.

Sebab itu menjadi apresiasi yang sangat baik,  karena Kementrian  Agama telah menyiapkan para petugasnya yang Insya Allah akan menjadi ramah lansia.

Tentu, semua tujuan haji adalah ingin meraih haji yang mabrur, haji yang diterima – yang berfek kepada kebaikan, baik kebaikan secara keimanan maupun kebaikan secara amal saleh.

Kaitan inilah yang perlu kita rumuskan dan kita jabarkan sehingga para jamaah  bisa memperoleh pelayanan sebagaimana diharapkan. Sebagai contoh ketika para jamaah haji ini menemui kesulitan saat berjalan, dan ini biasanya dialami bagi  yang menggunakan alat bantu kursi roda. Perlu ada hal yang diperhatikan bagi yang membantu pengguna kursi roda,  karena apabila tidak dibekali pengetahuan dasar tentang penggunaan kursi roda bisa mengakibatkan hal-hal yang tidak kita inginkan. Sebut misalnya hal standar ketika menggunakan kursi roda pada posisi menurun harus berubah dari tadinya mendorong dari belakang menjadi dari depan, artinya berjalan mundur. Ini sangat penting sekali sebagai salah satu mewujudkan ramah dibidang fisik. Tentu pelayanan bidang – bidang fisik lainya sangat diperlukan.

Alhamdulillah, Insya Allah, kalau di Madina, khususnya di Nabawi, aksesibilitas ke Masjid Nabawi sudah disiapkan, bahkan setiap pintu disediakan satu rem dan satu jalan mendatar yang memudahkan bagi pengguna kursi roda. Dan ketika masuk pintu, telah tersedia shaf khusus pengguna kursi roda di shaf pertama. Itu satu diantara lainnya yang dimaksud ramah lansia dari segi fisik. Tentu fasilitas fisik lain banyak hal yang perlu diberikan kepada para jamaah lansia dalam perjalanan – perjalanan ibadah, terutama saat cuaca sangat panas seperti sekarang ini, maka perlu diberikan treatment tersendiri.

MLI : Bagaimana dengan pelayanan non fisik ?.

Siswadi :  Pelayanan non fisik tidak kalah pentingnya, karena ini menyangkut bagian keramahaan dalam pelayanan kepada jamaah lansia, terutama dengan ramah sikap, maksudnya para pembimbing dan para petugas yang mendampingi para jamaah lansia punya sikap yang memberikan kenyamanan dan mengenakan dengan wajah tersenyum dan dengan kegairahan-kegairahan. Karena keramahan sikap prespesi ini yang sangat dibutuhkan jamaah lansia ketika akan dibantu. Untuk itu para petugas harus dibekali sikap mental, dimana dibalik kelelahannya tetapi tetap menunjukkan wajah yang ceria, wajah yang ramah dan wajah yang akomodatif, yang menganggap para jamaah lansia sebagai keluarga sendiri. Ini harus menjadi basic dalam upaya pelayanan yang ramah terhadap jamaah lansia.

Yang kedua adalah bagaimana komunikasi-komunikasi guna memberikan penjelasan agar rukun haji dapat dilaksanakan sebaik-baiknya, karena tentu harapan para jamaah haji ingin menjadi haji yang mabrur, sehingga rukun-rukun ini harus senantiasa dijaga, harus senantiasa dijelaskan, dan harus senantiasa diadakan bimbingan dan arahan-arahan. Khususnya untuk pemelihaaan stamina menjadi sangat penting, karena sebagian besar lansia staminanya harus senantiasa dijaga, sehingga perlu arahan-arahan, bimbingan,  penjelasan dan diskusi tentang mana skala prioritas yang perlu dikerjakan dan mana yang tidak, sehingga ketika puncak haji (wukuf) dalam kondisi stamina yang prima.

MLI : Karena haji menyangkut ibadah, maka perlu juga ada pelayanan dalam bentuk fikihnya, sehingga para jamaah lansia menjadi haji  mabrur? .

Siswadi :  Tentu hal pertama adalah yang secara fisik bisa dipenuhi dulu,  maka itu perlu pendampingan seluruh kegiatan, karena ibadah haji pada dasarnya ibadah fisik, maka bagaimana ketika melakukan wukuf, tawaf dan sa,i bisa ditunaikan dengan rangkaian yang  tertib, sehingga setiap amalan ini bisa dilaksanakaan secara optimal.

Yang kedua adalah perlunya bimbingan – bimbingan fikih, karena hampir pasti ada keterbatasan ketika membaca doa-doa dan menyampaikan  informasi mana yang penting dan mana yang harus ditinggalkan, terutama ketika saat kondisi ihram, sehingga para jamaah menjadi tahu mana larangan-larangannya dan kapan mulai melaksanakan ihram dan sebagainya. Ini menjadi sangat penting dan perlu pembinaan dan pendampingan-pendampingan, dan saya yakin para pendamping sudah sangat ahli dalam merumuskan komunikasi-komunikasi kepada para jamaah lansia. (im).

Bagikan:

Tinggalkan Balasan