LINGKAR INDONESIA (Karawang) – Babarit atau babaritan adalah sebuah acara ritual tahunan adat Suku Sunda. Acara tahunan ini dilaksanakan pada hari bulan dan tempat yang sama setiap tahun.

Di Kabupaten Karawang, acara Babarit dikenal juga dengan istilah Sérén Taun, Labuan atau  Hajat Bumi, tak terkecuali di Citaman Desa Taman Sari, Kecamatan Pangkalan, Kabupaten Karawang, tepatnya di Talaga Citaman – Sumur Awisan Citaman, yang oleh masyarakat lokal lebih akrab disebut Ciburial.

Perhelatan Hajat Bumi itu menggelar Wayang Golek dan ‘ditabeuh’ oleh seniman juga dalang setempat, Ki Dalang Dasim serta putranya Megi Suganda.

Sementara itu  Ketua PEPADI (Persatuan Pedalangan Indonesia) Jawa Barat Ki Dalang Haji Darsa Wibiksana juga berkenan memainkan wayang dengan durasi 1 jam, dan tentunya dengan piawai sekelas master.

Hadir pula Ketua PEPADI Kabupaten Karawang, Waya Karmila juga sebagai Kasi Seni dan Budaya Disparbud Kabupaten Karawang, Kepala Desa Taman Sari,  Ai Ratna Nengsih beserta Sekdes Isma Sanuriah beserta jajaran, juga Babinsa Dede Sukarna dan Binmaspol Brigadir Kardi beserta para tamu undangan, termasuk perwakilan dari kontraktor PT Wika.

“Ini cara bersyukur kami, dimana khasanah budaya lokal senantiasa ada menyertai kami,” ujar Ai Ratna Nengsih.

Ia berharap semua warga dalam kesejahteraan dan kerahayuan, dan peka pada alam dan budayanya.

Ki Dalang Darsa sebagai Kasepuhan Dalang amat optimis akan geliat dunia perwayangan di Kabupaten Karawang, umumnya di Jawa Barat.

“Setelah dibelenggu covid selama 2 tahun. Kini saatnya kebangkitan pedalangan, khususnya di tatar dalang ‘nonoman’ untuk meneruskan masa depan dunia pewayangan dan pedalangan, ” papar Ki Dalang Darsa saat  wawancara seusai turun panggung, Rabu (12/10/2022).

Harapannya, acara ini dapat memantik semangat generasi penerus di Karawang untuk terus melestarikan seni dan budaya kearifan lokal, khususnya Wayang Golek.

Hal yang sama disampikan pejabat Disparbud Kabupaten Karawang, Waya Karmila. Menurutnya, dengan  adanya kegiatan seperti Hajat Bumi dan sekaligus peresmian jembatan di areal sumur Awisan Citaman, maka budaya lokal bisa berkembang dan menggali budaya yang hampir punah. (opik).

Bagikan:

Tinggalkan Balasan