Suasana salat Idul Adha di Lapangan PCM Rawalumbu
LINGKAR INDONESIA (Kota Bekasi) – Setidaknya ada lima dimensi dalam Isu Adha 1444 H yang bisa diambil hikmah oleh umat muslim. Hal ini sebagai manifestasi rangkaian ibadah qurban maupun ibadah lain sebelumnya.
Demikian disampikan H. Zahrul Hadiprabowo, khatib Idul Adha 1444 H di Lapangan Rawalumbu, Kota Bekasi, Rabu (28/06/2023). “Para ulama menyebutnya sebagai Dharuriyyat Al-Khamsah dalam Maqasid Sharia,” katanya.
Disebutkan, kelima dimensi ini adalah Hifdzud Diin, Hifdzun Nafs, Hifdzul Aql, Hifdzun Nasl (Hifdzun Nasab), dan Hifdzul Maal.
Hifdzud diin adalah menjaga agama. Ibadah haji serta hari raya Qurban menjadi sebuah perayaan yang sangat besar, yang menggerakkan semua orang, sehingga membuat penyangkalan terhadap agama Islam menjadi sebuah kemustahilan.
Haji juga memperlihatkan betapa seluruh umat muslim di seluruh dunia, dari latar belakang etnis yang berbeda, dapat melaksanakan ibadah dengan penuh perdamaian, penuh persatuan.
“Sebuah pembuktian yang menegaskan kepada seluruh dunia betapa agungnya agama Islam; mematahkan semua stigma buruk yang coba dikaitkan kepada Islam oleh pihak-pihak yang dalam hatinya terdapat rasa benci terhadap Islam,” katanya.
Dimensi kedua, Hifdzun Nafs, menjaga jiwa. Kata nafs disebutkan dalam beberapa konteks. Nafs ada yang selalu mendorong kepada kejahatan, dan terdapat nafs muthmainnah, nafs yang tenang.
“Maka momentum Hari Raya Qurban, merupakan momentum untuk menyucikan jiwa, tazkiyatun nafs. Menyucikan diri dari noda-noda yang dapat menghalangi jiwa dari masuknya cahaya Ilahi,” katanya.
Dimensi ketiga, Hifdzul Aql, atau menjaga akal. Penjagaan terhadap akal didasari pada pengakuan atas keteraturan penciptaan alam oleh Allah SWT yang merupakan tanda-tanda kekuasaan Allah. Karena ini mendorong agar kita berpikir dan menjadi lebih yakin kepada Allah SWT.
Ada juga pemikiran akan kesempurnaan penciptaan itu bukanlah suatu kebetulan. Allah SWT secara eksplisit juga memerintahkan kepada kita untuk menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah dalam ibadah Haji.
Dimensi keempat, adalah Hifdzun Nasl, Menjaga Keturunan. Dimensi ini merupakan representasi dari besarnya perhatian Islam terhadap institusi keluarga.
Selanjutnya, dimensi ke-5 adalah Hifdzul Maal atau menjaga harta. Ibadah Qurban mengajarkan untuk mendudukkan kembali posisi harta dalam kehidupan. Sebuah mekanisme yang begitu canggih dari Allah untuk memutar harta dan menggerakkan ekonomi ummat.
Mencoba mengkalkulasi potensi ekonomi dari Idul Qurban, maka sungguh akan tersadar betapa besar cinta Allah kepada hambanya. Betapa Idul Qurban ini merupakan sebuah wujud penyembahan kepada Allah SWT dan sekaligus bentuk Rahman Rahimnya Allah pada kita.
Kegiatan shalat Idul Adha di Rawalumbu ini digelar oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah Rawalumbu Kota Bekasi. “Sudah rutin, dan kita sangat senang bisa mengakomodir jamaah, khususnya jamaah di Kecmatan Rawalumbu yang shalat di sini,” kata Hidayat Tri, panitia pelaksana. (ht)