LINGKAR INDONESIA || CIKARANG PUSAT – Ribuan warga di sembilan kecamatan di Kabupaten Bekasi kesulitan mendapatkan air bersih. Selain karena memasuki musim kemarau, aliran sungai yang melintasi wilayah tersebut tercemar limbah industri. Tak ada pilihan, warga terpaksa memanfaatkan air yang tak layak konsumsi.
Ke sembilan kecamatan tersebut yakni, kecamatan Cibarusah, Cikarang Pusat, Serang Baru, Cikarang Timur, Sukawangi, Sukatani, Cabang Bungin, Muaragembong dan kecamatan Karang Bahagia.
Seperti yang dirasakan oleh warga Kampung Cabang, Desa Sukaraya, Kecamatan Karangbahagia, Manyai (85). Dirinya harus memanfatkan aliran Sungai Cilemah Abang untuk kebutuhan sehari-hari, seperti mandi maupun mencuci. Sebab, dirinya tidak mempunyai sumur, sehingga sulit untuk mendapatkan air bersih.
Dari pantauan Radar Bekasi dilokasi, terlihat sejumlah warga sedang asik mandi dialiran Sungai Cilemah Abang, yang diketahui airnya hitam dan berminyak. Bahkan, anak-anak ikut mandi di aliran air yang tercemar. Tidak hanya itu, aliran Sungai Cilemah Abang juga dipenuhi oleh sampah.
Manyai menyampaikan, kondisi air yang berwarna hitam pekat dan penuhi sampah ini sudah terjadi sejak lama. Menurutnya, air akan bersih ketika hujan turun, dan terkadang mengeluarkan aroma tidak sedap (bau).
Bahkan, apabila terkena mata sangat perih.”Kalau kena mata perih. Semoga air saluran Sungai Cilema Abang bisa bersih tanpa adanya limbah,” ungkapnya sambil mencuci piring di Sungai Cilema Abang.
Sementara itu warga Kampung Kedungringin RT 05/03 Desa Sukaringin Kecamatan Sukawangi, juga mengeluhkan kondisi kekeringan dan tidak adanya bantuan air bersih dari Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bekasi.
“Untuk mendapatkan air bersih, kami harus melakukan penyaringan dengan alat seadanya,” tutur salah satu warga RT 05/03 Desa Sukaringin, Nur Ali (40).
Hal senada disampaikan warga Kampung Kalen Keramat, Desa Sukawangi, Jaya. Menurutnya, sudah dua tahun belakangan ini warga di kampungnya kesulitan mendapatkan air bersih. Hal itu disebabkan, karena air PDAM di desa tersebut tak berfungsi dan tidak kunjung diperbaiki. Sementara, saluran irigasi di perkampungannya kondisi airnya kotor.
Camat Karang Bahagia, Karnadi menuturkan sejumlah desa yang dilalui oleh Sungai Cilemah Abang, seperti Desa Sukaraya, Karang Rahayu, Karang Setia, Karang Anyar, dan Karang Bahagia.
”Memang airnya tercemar limbah, tapi masih tetap dimanfaatkan untuk mandi maupun mencuci. Saya berharap bisa ada program pamsimas, semacam persedian air bersih. Nanti akan kita data warga yang kekurangan air bersih,” jelasnya.
Kepala Seksi Penegakan Hukum Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi, David beralasan belum mengetahui perusahaan mana yang membuang limbah sembarangan ke sungai maupun kali. “Nanti kami coba koordinasi dulu dengan Pa Kabid dengan seluruh bidang di LH, terkait penanganan selanjutnya,” katanya.
Aktivis Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi, Dedi Kurniawan menuturkan kualitas air hari ini dari tujuh sungai alam yang mengairi wilayah Kabupaten Bekasi berbahaya untuk kesehatan.
Saat ini, satu-satunya aliran air yang masih bagus dan punya hewan endemik yakni Kali Cikarang. Itupun hanya dari hulu sampai tengah. Artinya, dari gunung karang sampai Cikarang Barat.
Sementara dari Cikarang Barat sampai Muaragembong yang melewati Sukatani, Sukawangi, dan Cabang Bungin, sudah bukan lagi sungai, melainkan pembuangan limbah B3. Kata dia, pencemaran limbah B3 itu dari perusahaan, dirinya sudah punya data bahwasanya dari sebelas kawasan, ada empat kawasan yang bersinggungan langsung dengan kali Cikarang, Cabang, Jambe, Cipamingkis, dan Citarum.
“Saya sudah mengantongi empat kawasan berikat yang baru empat tahun belakangan ini menjadi objek vital, itu membuang limbah yang tidak memenuhi kadar mutu kualitas batu langsung ke kali alam tersebut,” ucapnya pria yang akrab disapa Jhon Smoker ini.
Akibatnya segmentasi dari banyak outlet pembuangan kawasan itu tidak hanya air. Akan tetapi ada bahan seperti swap, lumpur dari akumulasi pembuangan atau sisa produksi pabrik. Empat kawasan itu EJIP, Hyundai, MM2100, dan Jababeka.
“Menurut saya itu ironis, sementara para pejabatnya buat beli jas dan lainnya itu bisa ratusan juta pertahun. Sementara rakyatnya di wilayah utara mandi saja harus menggunakan air lumpur yang bau, sudah sangat tidak layak. Bahkan sekelas katak dan jentik nyamuk saja sulit hidup,” tukasnya.
Wakil Ketua DPRD Kabupaten Bekasi, Mohammad Nuh mengaku akan mendorong pemerintah kabupaten Bekasi untuk menindak tegas perusahaan yang membuang limbah ke kali,
”Dari enam ribu perusahaan ini bagaimana pengolahan limbah B3nya, hendaknya pengelolaan limbah B3 harus benar-benar dilakukan pengolahan limbah. Dampaknya ini berkepanjangan, bisa menyebabkan kualitas hidup masyarakat Kabupaten Bekasi terutama yang memanfaatkan air sungai,” jelasnya.
Penjabat Bupati Bekasi, Dani Ramdan mengatakan akan mengecek tempat-tempat pembuangan dari pabrik yang membuat air sungai ini hitam. Dia menegaskan, Kapolres dengan jajarannya sudah melakukan pengamatan, dan akan memanggil pengusahanya.
“Kalau tidak ada perubahaan kita juga akan bentuk Satgas gabungan dari para penegak hukum dan masyarakat pecinta lingkungan, untuk melakukan pengawasan harian. Sanksinya nanti akan sesuai peraturan perundang-undangan,” jelasnya.
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bekasi Henri Lincoln mengaku akan mengirimkan bantuan air bersih di wilayah yang terdampak kekeringan.”Itu bisa saja kita kirim air bersih. Karena memang kita sudah masuk ke siaga kekeringan,” tuturnya.