Oleh : Ir. Sunu Pramono Budi.MM

Zaman dulu orang tua kita anaknya banyak-banyak. Satu ibu bisa punya anak 7, 10, 12 dan seterusnya.

Tinggal di kampung, tanpa asisten rumah tangga. Pagi-pagi sebelum subuh sudah bangun. Masak untuk persiapan anak yang mau sekolah, bapak yang mau ke ladang. Anak bangun langsung dimandikan, disiapkan sarapan, dan lainnya.

Anehnya, walau anaknya ada yang nakal, tetap sabar. Sabar tanpa batas. Kadang si bungsu nangis berebut mainan dengan kakaknya. Yang kecil tak mau tahu, yang besar tak mau mengalah. Mamak tetap tabah dan sabar.

Entah, apa yang didoakan mamak. Sehingga anak-anaknya yang dulu nakal, setelah dewasa ada yang jadi “orang”. Ada Profesor, Doktor, Eselon 1, pengusaha sukses, anggota legislatif, perwira TNI/POLRI, petani maju, dan lain-lain.

Dengan contoh kesabaran mamak, setelah dewasa para anaknya jadi orang baik. Punya pengertian yang dalam. Tak tega melihat mamaknya sedang kesusahan. Siap membantu mamak tanpa harus diminta-minta.

Mungkin dalam hatinya mamak berkata: “sejelek-jelek anak” masih darah dagingku sendiri.

Bisa jadi mamak berpikiran. Karya dan gagasan besar terkadang lahir dari pikiran diluar kebiasaan. Bahkan cenderung gagasan “gila.” Mamak, selama hidup akan terus mendoakan anak-anaknya. Semoga anak-anaknya menjadi orang baik.

(Penulis adalah Ketua Umum DPP PATRI/ Anggota Dewan Pakar Pusat Kajian Manajemen Strategik).

Bagikan:

Tinggalkan Balasan