“ Perang yang terjadi antara Hamas (Palestina) dengan Israel sampai hari ini masih terus berlangsung. Serangan biadab zionis Israel terhadap warga sipil Gaza telah mengusik rasa kemanusiaan hampir seluruh umat manusia dari berbagai belahan dunia. Hal ini dibuktikan dengan demontrasi yang terjadi dimana – mana. Rasa kemanusiaan semakin terusik ketika warga sipil, khususnya anak – anak dan wanita dibombardir tanpa pilih – pilih. Bahkan pemukiman penduduk, kamp pengungsian, sekolah – sekolah hingga rumah sakit diluluhlantakan dengan sangat brutal. Kejadian ini dilakukan secara terang benderang dan diketahui oleh seluruh umat manusia melalui berbagai pemberitaan yang terjadi “, ujar Pemerhati Internasional Dede Farhan Aulawi di Jakarta, Jum’at (8/12).

Menurutnya, kebiadaban zionis Israel ini nampaknya tidak bisa dihentikan hanya dengan teriakan demonstrasi di kota – kota besar dunia. Masyarakat dunia nampaknya tidak berdaya menyaksikan kebiadaban yang terjadi di depan matanya. Seolah bentuk sebuah pengakuan bahwa kita dan mereka hanya bisa mengecam, mengutuk, atau hanya sekedar menyesalkan. Tanpa bisa berbuat apa – apa. Perjuangan diplomasi memang sudah, sedang, dan terus dilakukan oleh beberapa negara, termasuk Indonesia yang sejak awal sampai saat ini masih konsisten membela kemerdekaan Palestina. Hal ini sejalan dengan amanat konstitusi yang menyatakan bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan perikeadilan.

Di saat banyak negara yang mendesak agar DK PBB segera mengambil tindakan tegas berupa resolusi penghentian perang Israel-Palestina, khususnya di jalur Gaza tetapi AS menggunakan hak veto-nya untuk menentang resolusi tersebut. Hal ini tentu membuat masyarakat dunia yang cinta damai menjadi marah dan sangat menyesalkan sikap dan tindakan AS tersebut. Dari fakta ini sebenarnya menggugah kesadaran kolektif masyarakat dunia tentang arti sebuah RASA KEMANUSIAAN. Fakta yang dipertontonkan secara arogan oleh pemerintah AS ini, telah membuat kepercayaan terhadap organisasi PBB berada dititik nadir atas ketidakberdayaan menghadapi negara adidaya.

Hak veto adalah hak untuk membatalkan rancangan resolusi yang sudah diputuskan dari suara terbanyak hasil voting negara anggota Dewan Keamanan (DK) PBB. Hak istimewa bernama VETO ini dimiliki 5 negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB, yaitu Amerika Serikat (AS), China, Rusia, Prancis, dan Inggris. Kelimanya dapat memveto atau membatalkan suatu resolusi. Berkaca dari fakta dan realita di atas, saat ini banyak orang yang mempertanyakan HAK VETO tersebut, sebab tidak memberi kebermanfaatan bagi perdamaian sehingga tidak sedikit yang mengusulkan PENGHAPUSAN HAK VETO tersebut. Meningkatnya penggunaan hak veto dikritisi menghambat fungsi Dewan Keamanan PBB dan membuatnya gagal mewakili banyak wilayah di dunia.

Sebagaimana diketahui bersama bahwa Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (DK PBB) pada hari Jum’at tanggal 8 Desember 2023 telah menggelar rapat soal kondisi Jalur Gaza dan menghasilkan resolusi penghentian perang Israel-Palestina. Namun sangat disayangkan, Amerika Serikat (AS) menggunakan hak veto-nya selaku anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB, sehingga resolusi damai di Gaza batal gara-gara penggunaan hak veto AS tersebut. Padahal DK PBB menilai jeda kemanusiaan adalah hal yang sangat perlu bagi Gaza agar korban sipil dan kehancuran tidak terus bertambah. Perlu diketahui bahwa dari 15 anggota DK PBB, sebanyak 13 anggota setuju resolusi untuk gencatan senjata di Gaza, 1 negara yakni Inggris abstain, dan 1 negara yakni AS menggunakan hak vetonya untuk menolak resolusi itu.

Tampaknya retorika politik hidup damai antara Israel dan Palestina hanya slogan palsu sebuah negara adidaya. Sebab saat retorika itu untuk dibuktikan di saat yang tepat ini, AS malah menolaknya. Penjajahan, pencaplokan dan perluasan pemukiman yahudi yang selama ini dilakukan oleh zionis Israel seolah masih tidak bisa membuka pintu hati dan rasa kemanusiaan pemerintah AS. Bahkan kekerasan, penyerangan hingga pembunuhan yang selama ini dilakukan zionis Israel masih tidak bisa membuka fikiran pemerintah AS. Tampaknya arogansi negara adidaya dan super power ini sengaja dipertontonkan secara kasat mata kepada seluruh masyarakat dunia, sehingga hal ini bisa menimbulkan semakin banyaknya masyarakat dunia yang muak dengan sikap hipokrit dan standar ganda dari pemerintah AS ini.

Dorongan perdamaian dari masyarakat dunia pada hakikatnya memandang bahwa perang Israel – Palestina bukan perang agama, melainkan perang kemanusiaan yang terjadi dan disaksikan oleh seluruh jendela dunia. Caba saja lihat bagaimana masyarakat kristen Palestina dan masyarakat muslim Palestina bersatu padu membela tanah airnya dari kekejaman penjajah zionis Israel. Bagaimana tidak, jika merujuk pada data yang disampaikan oleh Kementerian Kesehatan Palestina bahwa sampai saat ini aksi brutal zionis Israel ini telah menewaskan lebih dari 17.400 orang di Gaza, dimana 70% di antaranya perempuan dan anak-anak, serta melukai lebih dari 46.000 orang. Bahkan masih banyak orang yang terjebak di bawah reruntuhan, dan belum bisa teridentifikasi.

“ Indonesia adalah negara yang cinta damai, namun lebih cinta pada kemerdekaan. Indonesia akan selalu mendorong perdamaian dan menolak segala bentuk penjajahan. Inilah nilai – nilai luhur yang termaktub dalam konstitusi negara. Dengan demikian atas nama RASA KEMANUSIAN, seluruh masyarakat dunia perlu terus menegaskan sikap agar pembantaian terhadap warga sipil di Gaza harus segera dihentikan tanpa syarat apapun. Jika tekanan diplomasi dan suara jalanan demonstrasi masih belum bisa menghentikannya, mungkin perlu sikap tegas pasukan militer dari berbagai belahan dunia mengambil posisi tegas untuk mengempur Israel sampai mereka mau menghentikan pesta kebiadaban di tanah Gaza “, pungkasnya

Bagikan:

Tinggalkan Balasan