” Dinamika tantangan zaman terus berubah dengan tingkat kompleksitas yang tinggi sehingga seringkali menimbulkan kebingungan, kekhawatiran, dan penuh ketidakpastian. Terlebih di era post truth ini, berbagai informasi berseliweran sehingga masyarakat sulit membedakan mana informasi yang benar dan mana yang hoaks. Itulah fakta dan realita transisi era dari VUCA ke BANI, dan tidak setiap masyarakat bisa mengikuti irama perubahan ini. Begitupun dalam konteks strategi pertahanan negara, serangan informasi menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam perencanaan agitasi propaganda dan kontra propaganda untuk saling menaklukkan psikologis lawan sampai pada fase fatigue dan akhirnya menyerah kalah. Untuk itu, setiap pengemban fungsi pembinaan potwil sangat penting dan strategis dalam perencanaan desain strategi pertahanan sebuah negara “, ungkap Pemerhati Pertahanan dan Keamanan Dede Farhan Aulawi di Jakarta, Kamis (11/1).
Demikian kalimat pembuka yang disampaikan olehnya sebagai pengantar awal saat dirinya memenuhi undangan sebagai narasumber di Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (KOGABWILHAN) II Mabes TNI Cilangkap Jakarta, tentang “PERAN STRATEGIS PENGEMBAN FUNGSI PEMBINAAN POTENSI WILAYAH DALAM PERSPEKTIF STRATEGI PERTAHANAN NEGARA”. Kegiatan dilaksanakan di Ruang Rapat Kogabwilhan II dan dilaksanakan secara hybrid, yaitu sebagian hadir langsung di tempat dan sebagian lagi dilakukan di ruang Vicon Kotama jajaran satuan masing – masing. Kegiatan dibuka dan dipimpin langsung oleh Aspotwil Kogabwilhan II Brigjend. Muhammad Hasyim Lalhakim SE, MM.
Pelaksanaan kegiatan diikuti oleh sekitar 86 personil yang terdiri dari pejabat territorial mabes TNI, Para Aster 6 Kodam (Dipenogoro, Brawijaya, Mulawarman, Udayana, Merdeka dan Hasanudin), para Kasiter Korem, Aspotmar Koarmada II, Aspotmar Lantamal (Surabaya, Makasar, Kupang, Manado, Tarakan), dan para Paspotmar Lanal, Aspotdirga Koopsau II, dan para Kadispotdirga Lanud se-Kogabwilhan II. Seluruh peserta tampak sangat antusias mengikuti kegiatan ini dan merasakan ada beberapa hal baru untuk membuka wawasan terutama terkait perubahan lingkungan strategis yang berdampak terjadinya peperangan di beberapa wilayah. Dari ilustrasi situasi faktual tersebut, semakin meneguhkan peran penting binpotwil untuk menguatkan persatuan bangsa, menjaga kedaulatan negara dan membangun kesadaran kolektif serta kewaspadaan nasional. Untuk itu, Dede juga sangat mengapresiasi pemikiran – pemikiran Aspotwil Kaskogabwilhan II dalam melaksanakan tupoksi dengan sebaik-baiknya.
Pada kesempatan ini dijelaskan bahwa pembinaan Potwil pada dasarnya merupakan pembinaan terhadap segenap sumber daya nasional, yang berada dalam batas wilayah geografis tertentu untuk mendukung kepentingan nasional, termasuk di dalamnya kepentingan pertahanan. Konsepnya diarahkan untuk memperoleh suatu kekuatan kewilayahan, di mana GEOGRAFI sebagai ruang juang, DEMOGRAFI sebagai alat juang, dan KONDISI SOSIAL sebagai kondisi juang yang tangguh bagi penyelenggaraan pertahanan negara.
Menurutnya, dalam jangka pendek Indonesia akan menyelenggarakan amanah konstitusi berupa pelaksanaan pemilu 2024. Pesta demokrasi yang konstitusional perlu didukung bersama agar terlaksana dengan aman dan damai. Antisipasi setiap potensi gangguan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Potensi ancaman sekecil apapun harus bisa dicermati, dianalisis dan dilaporkan kepada pimpinan sebagai bahan dan pertimbangan dalam membuat kebijakan.
Sementara untuk jangka menengah dipandang perlu untuk terus membangun kepekaan wilayah atau Teritorial Awareness. Manifestasinya akan terlihat dari efektivitas program Cegah Dini dan Diteksi Dini -nya. Disamping itu juga kesiapsiagaan dalam melaksanakan tugas – tugas luar negeri sebagai pasukan penjaga perdamaian (Peace Keeping Operation) di bawah bendera PBB.
Kemudian untuk jangka panjang dipandang perlu untuk terus melakukan pembinaan terhadap segenap sumber daya nasional guna mendukung kepentingan nasional, termasuk di dalamnya kepentingan pertahanan. Sumber Daya Alam yang besar harus diimbangi dengan peningkatan kualitas SDM yang merata, baik dari aspek kuantitatif maupun kualitatif.
Selanjutnya, disampaikan juga Program Solutif berupa Penguatan kompetensi SDM pengemban fungsi Pembina kewilayahan, Inovasi Program BinPotwil dengan format yang disesuaikan pada lingkungan masyarakatnya (Tingkat Akseptibilitas Tinggi dan Resistensi Level Rendah). Jadi pemilihan bentuk program bisa jadi berbeda antara satu dengan yang lainnya. Pendekatan budaya dan pendekatan ekonomi bisa menjadi salah satu alternatif sesuai kebutuhan objektif dari seluruh rakyat Indonesia. Semua program akan bermuara pada upaya peningkatan kohesi sosial, yaitu KEMANUNGGALAN TNI – Rakyat, Peningkatan kerjasama dengan seluruh fungsi terkait di dalam dan di luar TNI, sehingga soliditas dan sinergitas akan senantiasa terjaga.
” Oleh karenanya dipandang perlu untuk terus melakukan terobosan inovatif dalam melakukan PEMBINAAN KEWILAYAHAN sebagai bagian yang tidak terpisahkan dalam Strategi Pertahanan Negara. SELAMAT MENGEMBAN TUGAS MULIA UNTUK MENJAGA KEDAULATAN DAN KEUTUHAN BANGSA DAN NEGARA. Tetap semangat dan selalu solid dengan rakyat sebagai pilar utama prajurit negara “, pungkas Dede. (MLI)