Oleh : Dede Farhan Aulawi (Pemerhati Politik)
Menyikapi situasi politik akhir – akhir ini nampaknya semakin asyik untuk dicermati secara objektif dengan nalar yang logik. Ada banyak Pekerjaan Rumah (PR) bagi kaum cendekia untuk turut serta mencerdaskan publik dengan pilihan Politik Cerdas yang menyehatkan sehingga rakyat dihadapkan pada sebuah sikap mental yang luhur dalam menjatuhkan pilihan politik atau dukungan politik terhadap kandidat yang diyakini bisa membawa kebaikan bagi masa depannya, masa depan keluarganya, dan masa depan bangsa dan negara.
Pertanyaannya adalah apa yang dimaksud dengan masa depan yang baik itu ? Boleh jadi kriteria dan harapan masa depan tiap orang akan berbeda ? Bagaimana kita harus memutuskan pilihan untuk mendukung siapa ? Inilah sebenarnya PR besar para kandidat untuk meyakinkan rakyatnya, kenapa rakyat harus memilih dia. Tentu dengan gambaran yang objektif, benar dan jujur.
Setiap kandidat diharapkan tidak menempuh langkah – langkah manipulatif dengan memainkan peran buzzer dan influencer secara kasar dan serampangan. Dimana mereka seringkali melontarkan kalimat yang justeru memperuncing keadaan dan memperkeruh nuansa kebatinan masyarakat. Betapa miskinnya ‘kosa kata’ yang mereka pilih dan mengilustrasikan betapa minimnya ‘literasi peradaban’ dalam memainkan politik yang BERSIH dan SEHAT.
Buzzer dan influencer sejatinya dua profesi yang secara elegan bisa mempengaruhi opini dan pandangan publik ke arah yang positif dan kondusif. Namun dengan profesi yang dimilikinya tidak lantas membabi buta untuk membela siapa yang BAYAR, karena di pundaknya ada tanggung jawab profesi yang besar menyangkut masa depan bangsa dan negara. Apalagi spektrum politik seringkali diwarnai oleh tampilan data yang bersifat manipulatif dari beberapa oknum lembaga survei yang melacurkan kredibilitas lembaga dan moralitas keilmuan hanya untuk untuk proyek politik dan syahwat dunia.
Di sisi lain, perkembangan dunia dari era VUCA ke BANI juga semakin membuat rapuh sebuah keyakinan, bingung dengan banyaknya pilihan, dan banyak variabel yang sangat dinamis serta unpredictable sehingga melahirkan para ‘pemain hipokrit’ yang telah mendidik dan membesarkan para koruptor politik untuk menyamarkan identitas demi meraih suara rakyat. Dengan demikian, politik identitas kalau tujuannya memberikan informasi yang jelas tentang ‘identitas dirinya’ tentu merupakan sesuatu yang luhur dan mulia, karena yang tidak boleh adalah ‘memanipulasi identitas’ hanya sekedar untuk meraih simpati publik tetapi dengan cara menipu dan membohongi rakyat adalah perbuatan keji, nista dan mengotori tujuan dari demokrasi itu sendiri.
Himbauan sehat untuk para kandidat yang saat ini ingin ikut kompetisi dalam kontestasi politik lima tahunan, baik yang ikut dalam pemilihan calon kepala daerah atau calon legislatif, sampaikanlah informasi yang benar mengenai identitas diri agar konstituen tahu siapa kandidat yang akan dipilihnya. Jangan pernah melakukan rekayasa identitas ataupun memalsukan identitas hanya untuk untuk kepentingan politik, sebab jika dimulai dengan KEBOHONGAN POLITIK maka akan lahir pemerintahan yang penuh kebohongan dan bermuara pada kebijakan – kebijakan yang penuh kepalsuan dan kecenderungan untuk khianat.
Sebagai contoh misalnya, jika sehari – hari kandidat tersebut tidak pernah menggunakan baju koko, kopiah, sorban, sarung atau jilbab, MAKA jelang pemilu dalam berbagai media advertensi seperti poster, spanduk, banner dan lain – lain, tidak perlu dipaksakan dengan memalsukan identitas menjadi sok alim seperti umat yang taat beribadah. Ingatlah bahwa orang yang benar – benar taat beribadah justeru berusaha untuk menyembunyikan ketaatan dan kesholihan ibadahnya. Bukan malah pamer seperti sedang beribadah, apalagi tatacara ibadahnya salah, maka akan menjadi bahan tertawaan dan gunjingan orang. Ingatlah rakyat saat ini sudah semakin cerdas dan semakin melek dengan kepalsuan dan kebohongan, meski seringkali ditutupi oleh data – data rekayasa hasil utak atik sesuai pesanan.
Semoga Indonesia ke depan akan memiliki Pemimpin yang penuh tanggung jawab, cerdas, taat beragama, amanah dan tidak khianat terhadap bangsanya sendiri. Semua ajaran agama pada dasarnya mengajarkan keluhuran budi dan akhlaq, maka dalam politik yang cerdas akan melahirkan pilihan pada pemimpin yang bersih dan berakhlaq. Lihatlah apakah kandidat kita bersih dari dugaan – dugaan korupsi, apakah kandidat memiliki moralitas akhlaq yang luhur, apakah kandidat kita tidak suka berbohong dan khianat terhadap bangsanya sendiri, apakah kita yakin bahwa kandidat kita adalah PILIHAN TERBAIK yang bisa dipertanggungjawabkan dunia dan akhirat ?
Ingatlah pilihan kita bukan sekedar memilih pemimpin atau wakil rakyat lima tahunan, TETAPI kebijakan – kebijakan yang akan dibuat oleh pilihan kita bisa menyengsarakan atau mensejahterakan kita di masa depan. Pilihan – pilihan kita bisa memperkuat Indonesia sebagai Negara yang Berketuhanan Yang Maha Esa, atau malahan menghilangkan nilai – nilai KETUHANAN dalam kehidupan. Menjadi negara yang menjamin KEADILAN SOSIAL, atau menjamin KESEJAHTERAAN KELOMPOK TERTENTU. Itulah sekilas gambaran KONSEKUENSI dari suatu pilihan. Jadi jangan main – main dengan pilihan. Jangan karena pemberian uang ratusan ribu, lalu kita menggadaikan kehormatan dan kemuliaan sebagai bangsa yang luhur. Lalu menempatkan diri seperti orang hina yang tidak memiliki martabat dan harga diri.
Perbedaan pilihan dalam kontestasi politik merupakan sesuatu yang wajar dan tidak perlu alergi atau kekhawatiran akut yang menimbulkan kecemasan berlebihan. Perjalanan bangsa ini sudah cukup panjang. Bangsa Indonesia tidak lagi remaja, melainkan sudah cukup dewasa sehingga berbeda pilihan tidak akan menimbulkan perpecahan. Justeru lawan politik sesungguhnya MITRA DALAM BERDEMOKRASI, kawan seiring dan sejalan sesuai konstitusi. Jangan saling menjelekan atau menghinakan kandidat lain jika itu bukan pilihan. Hormati dan hargai perbedaan pilihan dari saudara – saudara kita yang lain. Tetap jaga persatuan dan kesatuan dalam indahnya pelangi perbedaan, sebagaimana semboyan kita “Bhineka Tunggal Ika”. Indonesia adalah warisan dari para pendahulu bangsa yang berjuang mengorbankan segalanya demi tanah air. Dan kita setelah Indonesia merdeka, mari kita jaga dan rawat Indonesia ini untuk bisa dinikmati oleh seluruh rakyat dengan dasar kemanusiaan, keadilan sosial dan persatuan Indonesia.(mli)