LINGKAR INDONESIA (Jakarta) – Presiden Vladimir Putin dikabarkan telah meninggalkan Rusia ketika tentara bayaran Wagner Group berkhianat dengan berbalik menyerang Moskow pada Sabtu (24/6/2023).
Saat pasukan Wagner Group menyerbu Moskow, keberadaan Putin pun menjadi sorotan. Padahal, Wagner Group merupakan tentara swasta yang telah Putin andalkan untuk membantu pasukan Rusia menginvasi Ukraina sejak awal agresi berlangsung.
Ada banyak laporan bahwa pesawat kepresidenan Putin telah lepas landas dari Bandara Vnukovo Moskow pada Sabtu sekitar pukul 14.16 setempat dan menuju barat laut.
Menurut data dari situs pelacakan FlightRadar, pesawat kepresidenan Rusia bernomor Il-96-300PU mencapai area Tver, sekitar 177 kilometer dari Moskow dan kediaman Putin sebelum akhirnya radar menghilang dari sistem.
Dikutip The Guardian, belum ada informasi apakah Putin ada di pesawat kepresidenan tersebut.
Namun, juru bicara kepresidenan, Dmitry Peskov, mengatakan kepada kantor berita Rusia TASS bahwa sang presiden “bekerja di Kremlin.”
Sementara itu, media online Ukraina, Ukrainska Pravda, Putin disebut telah meninggalkan Moskow dan berupaya menuju Valdai di Novgorod, barat laut Moskow.
Di sisi lain, media investigasi Rusia, The Insider, melaporkan bahwa sebuah pesawat khusus militer Rusia juga lepas landas dari Moskow dan tiba di St Petersburg sekitar pukul 15.00 waktu setempat.
Beberapa pejabat Rusia juga dilaporkan kabur keluar Moskow di waktu yang sama menggunakan jet-jet pribadi mereka.
Bos Wagner, Yevgeny Prigozhin,mengerahkan pasukannya ke Moskow, untuk menggulingkan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu. Ia mengklaim berhasil menguasai fasilitas militer dan lapangan terbang di Rostov-on-Don, Rusia, pada Sabtu (24/6/2023) pukul 07.30 waktu setempat.
“Ini bukan kudeta militer, tapi pawai keadilan,” ujar Prigozhin dikutip dari Associated Press.
Namun, Prigozhin mengatakan menarik mundur pasukan tentara bayarannya demi menghindari pertumpahan darah di Moskow, Rusia.
“Kami menarik barisan kami dan kembali ke kamp lapangan,” katanya, Sabtu (24/6/2023) waktu setempat, dilansir AFP.
“Kami paham pentingnya momen itu dan tidak ingin menumpahkan darah Rusia,” lanjutnya.
Putin pun menyebut pemberontakan Wagner Group ini sebagai “ancaman mematikan” Rusia dan mendesak negaranya untuk bersatu.
Ia juga mencap tindakan Wagner ini sebagai pengkhianatan dan bersumpah akan menjatuhkan “hukuman yang tak terhindarkan”. (MLI).