Oleh : Imam Trikarsohadi)*

Jika ingin maju dan survival, maka evaluasi menjadi kata kunci yang wajib dilakukan secara berkala, agar apa yang direncanakan dan dilakukan menemukan keseimbangan.

Dalam dunia kerja, bisnis maupun karir, maka berdasarkan waktu, kita  melakukan evaluasi untuk kepentingan penyusunan rencana kerja selanjutnya. Atau evaluasi pada pertengahan kegiatan untuk kepentingan repoting dan recording kegiatan kita.

Evaluasi adalah suatu proses yang teratur dan sistematis dalam membandingkan hasil yang dicapai dengan tolak ukur atau kriteria yang telah ditetapkan, kemudian dibuat suatu kesimpulan dan penyusunan saran pada setiap tahap dari pelaksanaan program.

Demikian halnya kadar keimanan dan ketaqwaan. Ia memerlukan evaluasi sebagai  proses menentukan suatu keberhasilan atau mengukur pencapaian suatu tujuan dengan membandingkan terhadap standar/ indikator menggunakan kriteria nilai yang sudah ditentukan melalui ketetapan dan ketentuan melalui firman Allah SWT.

Maka, puasa bulan Ramadhan adalah waktu evaluasi diri yang tepat. Karena selama ramadhan, umat manusia diperintahkan mensederajatkana diri  tanpa pandang bulu, serta ditandaskan untuk mengendalaikan segala macam syahwat keduniaan.

Tujuan tujuan evaluasi diri selama puasa ramadhan adalah sebagai alat untuk memperbaiki dan perencanaan program kehidupan yang akan datang dengan kadar keimanan dan ketaqwaan yang lebih baik.

Selain itu, guna memperbaiki pelaksanaan dan faktor yang mempengaruhi pelaksanaan program, kemudian merencanakan kembali suatu program melalui kegiatan mengecek kembali relevansi dari program dalam hal amaliyah sehari-hari secara terus-menerus dan mengukur kemajuan target yang direncanakan hingga benar-benar semakin baik.

Tentu, kegiatan  evaluasi diri selama ramadhan dilakukan untuk mempersiapkan pertanggungjawaban perilaku kita kepada kehidupan itu sendiri dan tentu kepada Allah SWT sebagai bekal di akhirat kelak. Toh hidup  kita di dunia ini, sehebat apapun kita, tetap hanya selintas saja dan tak abadi.

Ruang lingkup evaluasi dibedakan atas beberapa kelompok, yaitu: a) evaluasi terhadap masukan (input) berupa rizki macam apa yang kita konsumsi. Sumber daya, sumber dana, tenaga dan sarana jenis apa yang kita manfaatkan, barang haramkah atau halal ?,  b) evaluasi terhadap proses (process) dititikberatkan pada perilaku kita, apakah sesuai dengan ketentuan Allah SWT atau ingkar, c) evaluasi terhadap keluaran (output) adalah penilaian terhadap hasil yang dicapai,apakah semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT atau kian lupa daratan.

Sebab itu, puasa dan amalan sunah di bulan suci Ramadhan jangan dijadikan ritualitas biasa saja. Tapi hendaknya dijadikan momentum bagi setiap muslim, untuk mengintropeksi dan evaluasi diri dengan cara lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Mengintropeksi atau mengevaluasi diri, tentunya dengan menyadarkan diri sebagai hamba Allah yang telah menempuh kehidupan selama sebelas bulan dengan berbagai aktivitas duniawi.

Apakah aktivitas duniawi itu sudah mengantarkan kita kepada keridhoan Illahi ataukah sekadar memenuhi hawa napsu manusiawi belaka?. Sebab, secara kodrati, manusia merupakan mahluk yang paling sempurna karena diberi kelebihan akal dan hawa nafsu oleh Allah SWT.

Konteks nafsu di sini, ibarat komponen dalam mobil adalah gas yang mampu mendorong kita dalam melakukan berbagai macam kegiatan muamalah maupun ubudiyah. Sedangkan akal, ibarat rem yang mengendalikan mobil. Jika mobil dalam bahaya, maka akal akan mengendalikan napsu kita.

Mengevaluasi diri dalam bulan Ramadhan, berarti memaknai apakah ibadah-ibadah yang kita lakukan dibulan ramdhan ini hanyalah sekadar melakukan ritual belaka, tanpa mengambil hikmahnya. Jangan sampai berpuasa, sekadar hanya mengganti jam makan, ditambah shalat tarawih dan witir yang hanya dianggap sebagai gerakan dimulai takbiratul ihram sampai dengan salam.

Bulan Ramadhan, selayaknya menjadi bulan untuk menggantikan bulan-bulan yang sebelumnya yang sudah kita lewati dengan pahala-pahala yang berlebih. Kita harus sadar, bahwa Allah SWT memberikan umur manusia yang sangat terbatas.Lalu berapa tahun kita maksimalkan untuk ibadah kepada Allah dan berbuat kebaikan terhadap sesama manusia. Sedangkan di alam barzah, kita akan lebih lama berada disana untuk menunggu perhitungan amalan-amalan kita. Maka saatnya kita manfaatkan bulan ramadhan untuk menambah umur kita dalam beribadah, karena pahalanya dilipatgandakan.

Di bulan mulia ini, mari kita bergembira dan memanfaatkan bulan ramadhan ini sebagai sarana untuk intropeksi dan mengevaluasi diri dalam meningkatkan amal ibadah, agar kelak kita tidak menyesal dalam kematian.(*)

Bagikan:

Tinggalkan Balasan