Oleh : Imam Trikarsohadi
Pelantikan Anggota Dewan Pakar DPP Partai Keadilan Seejahtera (PKS) pada Jumat 24 Feberuari 2023 di Ball Room Hotel Sultan banyak diisi oleh para Jenderal Purnawirawan baik yang berasal dari Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Kepolisian. Pelantikan tersebut bertepatan dengan pelaksanaan Rakernas PKS 24-26 Februari 2023.
Sekretaris Jenderal PKS Habib Abu Bakar Al Habsyi dalam laporannya pada pembukaan Rakernas PKS menyatakan bahwa Rakernas kali ini adalah Rakernas Akbar. Seolah bersambut dengan bergabungnya 10 Jenderal Purnawirawan TNI dan Polri.
Menurutnya, bergabungnya para Jenderal Purnawirawan ini membangkitkan semangat baru bagi PKS serta memperkuat semangat kebangsaan bagi seluruh kader PKS.
Tercatat beberapa anggota Dewan pakar pernah mengemban jabatan penting dan strategis, diantaranya Letjen TNI (Purn) Madsuni (mantan Danjen Kopassus), Letjen TNI M. Setyo Sularso (mantan Pangdam IX/Udayana), Marsekal Madya TNI (Purn) Boy Syahril Qamar, S.E, (mantan Wakil KSAU dan Kasum TNI), Mayjend TNI (Purn) Fuad Basya, Mayjend TNI (Purn) Endang Sodik, Mayjend TNI (Marinir/Purn) Lukman Sofyan, Brigjend TNI (Purn) Deddy Suryanto, S.H, M.H, Brigjend TNI (Purn) I Wayan Cager, Brigjend Pol (Purn) Susanto Hasny, dan Laksma TNI (Purn) Ir Darajat Hidayat, M.
Tentu, ini fenomena luar biasa yang dapat mempengaruhi peta politik nasional, sekaligus mengisyaratkan bahwa ruh PKS adalah cinta tanah air yang konkrit sonder propagandis. Ihwal betapa semangat nasionalisme amat sangat berkobar di dada para pimpinan dan seluruh kader PKS, saya agak banyak tahu, karena cukup dekat dengan mereka.
Tapi bukan soal itu yang dibahas dalam tulisan kali ini melainkan harapan bahwa PKS kedepan, apalagi telah resmi bersinergi dengan Anies Rasyid Baswedan – Sang Calon Presiden Pilpres 2024—adalah bahwa PKS akan menjadi kawah candradimuka para calon pemimpin nasional yang membawa perubahan bangsa ini menjadi lebih baik , lebih baik dan lebih baik.
Kita memerlukan stok pemimpin pembawa perubahan yang melimpah kedepan. Sebab itu, perubahan paradigma kepemimpinan nasional perlu menggeser atau mengubah kepentingan dirinya sendiri menjadi kepentingan pelayanan yang lebih baik. Perubahan paradigma tersebut cukup signifikan dalam mengarahkan kehidupan masyarakat agar lebih maju dan mendapatkan apa yang mereka butuhkan.
Selain itu, bangsa ini juga membutuhkan pemimpin yang mau mendengarkan (bukan pura – pura mendengar) dan memberikan tauladan. Kepemimpinan demikian secara tidak langsung ditujukan untuk mengubah suatu kondisi dalam menjalani sesuatu yang lebih baik. Sebab apa? Jawabnya; ketika kepemimpinan tidak langsung (Indirect Leadhership) menjadi menonjol, rakyat akan mengatakan bahwa “kita telah mengerjakan sendiri”.
Berangkat dari dinamika politik reformasi yang lebih mengedepankan primordialisme, dan dapat menciptakan kesulitan tertentu pada masyarakat yang multi etnik karena kepemimpinan nasional maupun daerah dijadikan simbol dominasi kelompok atau etnik tertentu, maka munculnya ketaatan semu yang menimbulkan bentuk simbolik “aku” dan “kamu” yang seharusnya dihindari karena yang lebih baik muncul; “kita”.
Profesionalisme kepemimpinan sangat dibutuhkan oleh negara dan para pemimpin bawahan yang senantiasa mengharapkan pemimpin strategis dan profesional, baik individu maupun institusi, mampu berkreasi untuk meningkatkan kualitas individu atau organisasi/ institusi yang dipimpinnya agar dapat menyikapi perubahan sekaligus melaksanakan fungsi pengawasan.
Selain itu juga dapat mengembangkan kemampuannya dalam suatu tim (Team work Leadhership), bukan lagi memimpin yang berbeda dalam posisi “mengatur” dan “memotivasi” terhadap anak buahnya, bahkan tidak juga berupaya membangun partisipasi dari orang-orang yang dipimpinnya, melainkan harus mampu membangun keterlibatan yang tinggi dari timnya, agar senantiasa mau belajar berbagai disiplin ilmu pengetahuan dan tidak bersifat responsif tetapi harus proaktif dan antisipatif.
Apa boleh buat, ditengah situasi para pemimpin nasional yang mulai kehilangan imajinasinya dalam upaya mengatasi atau menyelesaikan permasalahan-permasalahan yang terusberkembang, maka dibutuhkan para pemimpinan nasional yang mempunyai wawasan strategis, yakni kepemimpinan efektif dan akseptabel memiliki “kemampuan strategis” dalam merencanakan, memimpin dan menggerakkan banyak pihak dan/ atau roda pemerintahan untuk melakukan kegiatan yang bersifat atau berimplikasi strategis. Untuk itulah kta membutuhkan sosok- sosok yang punya karakter, integritas dan komitmen.
Untuk itulah, dengan bergabungnya puluhan jenderal (P) ke PKS, kita berharap, partai ini kedepan mampu mencetak para calon pemimpin nasional yang berkualitas.
Para pemimpin yang bisa mengatur “pasar”, bukan yang diatur “pasar” tapi menepuk-nepuk dadanya seolah itu sebuah prestasi. (Penulis adalah Dosen dan Wartawan Senior).