
Oleh : Imam Trikarsohadi)*
Tidak seperti biasanya, Jum’at 2 Juni 2023 — saya tidak tidur di wilayah waktu dini hari. Di hari itu, saya dilanda kantuk dasyat selepas isyah, maka terlelaplah dengan laptop yang tak sempat dimatikan dan satu janji yang terlewatkan.
Sayangnya, jam 10 malam lelap itu hilang dan terbangun. Romantisnya, saya teringat bahwa beberapa jam kedepan adalah hari kelahiran diri ini – sebuah ingatan yang tak lazim bagi saya, sebab biasanya saya cenderung lupa.
Apa yang terjadi kemudian ? jawabnya mengarungi sisa malam lewat berdialog dengan diri sendiri dan Sang Pengatur Kehidupan.
Esensinya, dalam dialog malam itu, tiba pada kesimpulan bahwa oleh sebab berbagai perkembangan situasi belakangan ini, dan sebab usia yang semakin menua; saya sedang tidak menemukan apa yang saya senangi, maka saya berupaya dengan sabar menyenangi apa yang terjadi.
Mungkin ini pertanda bahwa di usia yang semakin menua, saya harus lebih banyak bertafakur – pelbagai kegiatan yang mengkondisikan diri ini selalu memikirkan dan mensyukuri kebesaran Allah. Sebab itu jauh lebih mendatangkan banyak manfaat dan hikmah dibandingkan harus tancap gas diberbagai situasi jalanan dengan gigi geraham yang dikatupkan.
Memikirkan, merenungkan, mengingat Tuhan melalui segala ciptaanNya, termasuk segala hal yang ada di dalam diri ini — adalah jalan terdamai dan terang benderang guna mengambil pelbagai pertimbangan di segala situasi dan kondisi.
Bagi saya, hal itu bukan saja sebagai ikhtiar meningkatkan tauhid, tapi juga untuk merenungkan dan mengkaji semua peristiwa atau masalah yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Sebab itu, salah satu doa saya di sepanjang malam itu adalah memohon dijadikan insan yang berakal yang senantiasa memikirkan ciptaan Allah dan mengingatnya dalam keadaan berdiri, berjalan, dan melakukan aktivitas kehidupan. Juga dimasukan menjadi umat yang selalu berzikir dalam segala situasi, termasuk dalam keadaan berbaring menjelang tidur dan saat istirahat setelah beraktivitas.
Apa boleh buat, ditengah situasi kehidupan yang acapkali bikin dada sesak, maka solusi terdamai adalah merenungi nikmat hidup, nikmat iman, nikmat berupa fasilitas dan kemudahan hidup, dan sebagainya yang telah diberi Sang Pemberi Nikmat. (*).