Oleh : Dede Farhan Aulawi

Sebaik – baiknya manusia adalah manusia yang selalu memanfaatkan setiap detik waktunya untuk ilmu dan ibadah sebagai jalan dalam meningkatkan ketaqwaan kepada Allah SWT. Banyak bidang ilmu yang bisa dipelajari sesuai dengan bidang peminatan masing-masing. Selama ilmu tersebut berorientasi untuk kemaslahatan dunia dan akhirat tentu baik – baik saja. Namun satu hal yang harus digarisbawahi adalah ilmu tersebut bisa diamalkan agar ilmunya semakin berkah dalam kehidupan.

Ada beberapa tanda atau ciri suatu ilmu yang berkah, diantaranya jika ia bisa semakin ikhlas dalam ibadahnya kepada Allah. Ia beribadah tidak semata-mata berharap pahala atau takut neraka, melainkan semua dilakukan karena ketaatan untuk memperoleh ridlo-Nya.

Kemudian, jika ilmu yang ia miliki semakin menumbuhkan rasa takut kepada Allah. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam QS. 35 : 28 yang artinya, “Barangsiapa yang takut kepada Allah, maka dialah ‘alim, yaitu seorang yang berilmu. Dan barangsiapa yang bermaksiat kepada Allah, maka dia jahil (orang yang jauh dari ilmu).

Selanjutnya, akan terlihat jika iImu tersebut mendorong seseorang untuk semakin semangat dalam mengerjakan ketaatan, dan semakin semangat dalam menjauhi berbagai dosa dan kemaksiatan.

Imam Ibnul Qayyim berkata, “Dan di antara hukuman dari perbuatan maksiat itu adalah akan menghilangkan barakah umur, barakah rezeki, & barakah ilmu, barakah amal, dan juga barakahnya ketaatan.” (Ad-Daa’ wad Dawaa’ hal 199).

Lalu, ilmu tersebut akan mengantarkan seseorang pada sifat qana’ah (senantiasa merasa cukup) dan zuhud pada dunia. Imam Ahmad bin Hambal berkata, ” Zuhud terbagi tiga : (1). meninggalkan yang haram, maka itu adalah zuhudnya orang yang awam. (2). tidak berlebihan dari sesuatu yang halal dan itu zuhudnya dari orang yang khusus & (3). meninggalkan setiap perkara yang menyibukkan serta dapat menjauhkan dari Allah, maka itu zuhudnya al-Arifin (yaitu orang yang telah berma’rifat kepada Allah).”(Mawaa’izh Imam Ahmad hal 50).

Dan ilmu itu akan semakin menjadikan pada diri seseorang tawadhu’ (rendah hati). Menjadikan hati selalu tunduk dan khusyu’ kepada Allah, dan merasa hina di hadapan-Nya, serta semakin mudah untuk menerima kebenaran dari siapa pun.
Malik bin Dinar berkata : “Sesungguhnya jika engkau menuntut ilmu dengan tujuan untuk diamalkan, maka ilmu itu pun akan membuatmu tawadhu. Jika engkau menuntut ilmu bukan untuk diamalkan, maka ilmu itu hanyalah akan membuatmu jadi semakin berbangga diri”.
(Az-Zuhd hal 262 oleh Imam Ahmad).

Terus ilmu itu akan menjadikan pada diri seseorang benci kepada pujian, dan dia juga enggan untuk menyucikan diri sendiri, serta tidak suka ketenaran / popularitas.

Selanjutnya ilmu tersebut akan menjadikan pada diri seseorang semakin bersih hatinya, dan semakin bersabar. Dia mampu meredam amarah, dan mudah memaafkan kesalahan orang lain, tidak ada hasad dan dendam, dan semakin mulia dan luhur akhlaknya.

Semoga kita, keluarga, saudara dan handai taulan kita semua tergolong orang yang memiliki ilmu yang berkah, selamat dan sukses di dunia dan akhirat serta dikabulkan semua hajatnya. Aamiin YRA. (*).

Bagikan:

Tinggalkan Balasan