Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) orwil Jawa Barat pada hari Rabu (30/12) menyelenggarakan seminar Pariwisata Halal di kabupaten Garut. Pelaksanaan program ini didasari atas potensi yang dimiliki oleh kabupaten Garut khususnya, dan Jawa Barat pada umumnya dalam mengembangkan pariwisata halal. Bertindak sebagai pelaksana dilakukan oleh pengurus ICMI orda Garut.

Dalam sambutannya Ketua ICMI Orda Garut, Muhtarom, SAg menyambut positip penyelenggaraan seminar Pariwisata Halal yang diselenggarakan ICMI Orwil Jabar di kabupaten Garut, dengan harapan mampu mendorong dan mendukung lahirnya destinasi – destinasi wisata halal di Garut. Ada banyak potensi wisata yang dimiliki oleh kabupaten Garut, namun belum semuanya terkelola dengan baik. Oleh karenanya berbagai upaya penataan dalam pengembangan objek wisata menjadi sangat penting.

Sementara itu, Ketua ICMI Orwil Jabar Prof. Dr. M. Najib, MAg dalam sambutannya menyampaikan terima kasih kepada seluruh jajaran panitya yang telah berjibaku menyiapkan pelaksaan acara ini sehingga bisa berlangsung dengan baik. Pelaksanaan program seminar pariwisata halal ini merupakan bentuk nyata dukungan ICMI Orwil Jabar dan Pemprop Jabar dalam menyiapkan tersedianya destinasi wisata halal di Jawa Barat. Secara objektif bahwa pasar wisatawan halal ini sangat signifikan sehingga dipandang perlu melakukan langkah – langkah konkrit agar kita bisa menangkap peluang tersebut demi kemajuan pariwisata dan kesejahteraan masyarakat Jawa Barat. Konsep sederhana dari pariwisata halal adalah tidak adanya makanan/ minuman yang diharamkan, dan tidak adanya pertunjukan – pertunjukan yang tidak sesuai dengan Islam.

Selanjutnya memasuki acara pokok seminar pariwisata halal dengan menghadirkan narasumber Ketua Umum Prawita GENPPARI yang juga pengurus ICMI Jabar Dede Farhan Aulawi, yang telah menekuni bidang kepariwisataan sejak tahun 2001. Dalam paparannya, Dede menyampaikan latar belakang kenapa lahirnya pemikiran pariwisata halal. Pertama terkait dengan banyaknya destinasi wisata di dunia yang menawarkan daya tarik yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, baik itu yang berkonten pornografi ataupun perjudian. Kedua terkait setelah terjadinya 9/11 di AS dimana setelah kejadian tersebut orang Islam yang mau bepergian merasa dipersulit. Ketiga, alasan objektif bahwa potensi pasar wisatawan muslim di dunia itu sangat besar sekali.

“ Oleh karenanya, penggunaan istilah pariwisata halal (Halal Tourism) ini juga tidak serta merta karena sebelumnya pernah ada istilah pariwisata syariah, terus istilah parawisata muslim. Namun karena ada beberapa silang pendapat, akhirnya dipilihlah terminologi yang dianggap moderat yaitu pariwisata halal. Meski demikian, bukan berarti istilah pariwisata halal ini diterima begitu saja karena ada juga suara – suara yang berkeberatan. Pada akhirnya ada juga yang menterjemahkan halal tourism ini bukan pariwisata halal, melainkan pariwisata ramah muslim “, Ujar Dede.

Selanjutnya dalam implementasinya Dede menjelaskan secara rinci penerapan wisata halal di hotel, rumah makan, objek wisata dan transportasi sepanjang perjalanan. Di hotel misalnya, untuk tamu yang datang berpasangan harus mampu menunjukkan surat nikah guna memastikan tidak terjadi tindakan asusila di hotel tersebut. Di hotel juga tersedia mesjid untuk beribadah, bukan sekedar mushola kecil di basement hotel. Di kamar selain tersedia petunjuk arah kiblat, juga disediakan alat sholat dan al Qur’an. Termasuk di dalamnya tidak ada tempat hiburan khusus dengan pelayanan yang tidak sesuai dengan ketentuan agama.

Kemudian di sepanjang perjalanan tour guide pun akan selalu mengingatkan saat masuk waktu sholat dan segera berhenti di mesjid terdekat guna memberi kesempatan para wisatawan untuk melaksanakan ibadah sholat. Ketika di rumah makan/ restaurant pun harus mampu memastikan bahwa tidak tersedia makanan/ minuman yang diharamkan.

Di penhujung Dede mengingatkan dengan merujuk pada pengalamannya selama ini berhubungan dengan tamu asing, bahwa keluhan yang sering disampaikan oleh mereka terkait dengan kebersihan, keramahan, kenyamanan dan keamanan. Bahkan ia mencontohkan beberapa pengalamannya ketika di luar negeri baik di Asia, Afrika, Eropa, Australia, maupun AS dan Canada. Ia juga menekankan bahwa hal yang baik dari negara mana saja bisa dijadikan contoh, kecuali hal yang negatifnya tentu jangan dijadikan contoh.

Selesai paparan, kemudian dibuka sesi tanya jawab. Antusiasme peserta kelihatannya sangat bagus sekali sehingga muncul banyak pertanyaan yang bagus. Bahkan ketika acara sudah ditutup secara resmi pun, masih banyak pertanyaan yang terungkap saat makan siang bersama. Tidak hanya itu, banyak peserta yang mengundang Dede untuk berkunjung ke desanya agar bisa memberikan masukan – masukan dalam pengembangan desa menjadi desa wisata. Hal ini memang sejalan dengan program pendampingan wisata halal dari ICMI Jabar.

Bagikan:

Tinggalkan Balasan