” Sebagai mahluk sosial setiap manusia pasti akan berinteraksi satu sama lain. Masing – masing memiliki kepentingan dari perspektifnya. Disamping itu setiap orang memiliki karakter yang berbeda – beda sehingga berpotensi menimbulkan konflik. Apalagi Indonesia yang sangat luas ini memiliki berbagai perbedaan suku, bahasa, agama, dan lain – lain. Jika minim toleransi, tepo seliro dan empati, setiap saat bisa menimbulkan perpecahan jika rasa persaudaraan tidak dirawat “, ujar Pemerhati Sosial Dede Farhan Aulawi di Bandung, Selasa (6/2).
Hal tersebut ia sampaikan saat dirinya memenuhi undangan dari Direktorat Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri sebagai narasumber kegiatan Fasilitasi Pencegahan Konflik Ormas Dalam Rangka Mensukseskan Pelaksanaan Pemilu dan Pilkada 2024. Kegiatan dilaksanakan atas kerjasama dengan Kesbangpol kota Bandung, dan dilaksanakan di Auditorium Rosada Balai Kota Bandung. Acara dibuka oleh Direktur Ormas Kemendagri, dan diikuti oleh sekitar 150 peserta dari pimpinan ormas yang ada di kota Bandung. Narasumber terdiri dari Kepala Kesbangpol Kota Bandung, Kapolrestabes Bandung (diwakili Wakasat Intel) dan Konsultan Pemberdayaan SDM Dede Farhan Aulawi.
Menurutnya, Indonesia merupakan negara kepulauan yang besar dan luas. Memiliki keragaman budaya, ras, suku bangsa, kepercayaan, agama, dan bahasa. Ada sekitar 1340 suku, 2500 bahasa suku daerah, dan lain – lain, sehingga untuk merawat kebersamaan dalam bingkai persatuan perlu melibatkan seluruh elemen masyarakat, termasuk para pimpinan ormas ini. Keragaman yang ada di Indonesia adalah kekayaan dan keindahan bangsa Indonesia. Untuk itu pemerintah akan terus mendorong keberagaman tersebut menjadi suatu kekuatan untuk bisa mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional menuju indonesia yang lebih baik.
Jika keragaman tersebut tidak dirawat dan ditanamkan dengan baik, maka keberagaman bisa berpotensi menjadi konflik. Untuk itulah, semua lemen bangsa perlu duduk Bersama dalam rangka merumuskan kebersamaan, sekaligus toleransi keberagaman. Termasuk toleransi politik dalam memandang fakta adanya perbedaan pilihan politik bagi setiap warga negara.
Selanjutnya Dede juga menambahkan bahwa pemilu dan pilkada pada hakikatnya adalah pesta demokrasi rakyat yang konstitusional, dimana setiap warga negara yang memenuhi syarat memiliki hak konstitusional dalam menentukan pilihan politiknya. Baik hak untuk memilih ataupun hak untuk dipilih. Hormati dan saling menghargai perbedaan merupakan jalan mutlak menuju kerukunan dan kedamaian. Pilihan politik boleh berbeda, tetapi persatuan dan kesatuan harus menjadi komitmen Bersama guna mencegah kemungkinan terjadinya konflik dan perpecahan sesama anak bangsa.
” Disinilah para pimpinan ormas akan memegang peranan penting dalam mengarahkan dan mengendalikan seluruh anggota dan masyarakat di sekitarnya agar turut serta menciptakan kamtibmas yang kondusif “, pungkas Dede. (MLI)