“ Peperangan dalam perspektif masyarakat awam masih dibayangkan dengan pertempuran persenjataan saja, baik tank, kapal induk, jet tempur, dan sebagainya. Mungkin hanya sebagian kecil yang memahami peta dan potensi ancaman perang modern yang berbasis pada serangan biologi ataupun kimia berbahaya. Baru setelah terjadinya pandemi covid 19, tersiar berbagai simpang siur kabar terkait asal dari virus yang menjadi wabah dunia tersebut. Salah satu analisis yang keluar adalah dugaan bahwa covid 19 merupakan bagian dari senjata biologis yang sedang diujicobakan. Ada juga yang menduga akibat kebocoran dari laboratorium Wuhan, dan sebagainya. Namun sampai saat ini belum ada kabar pasti yang mengkonfirmasi tentang asal dari wabah tersebut “, ujar Pemerhati Hankam Dede Farhan Aulawi di Bandung, Minggu (21/1).
Hal tersebut ia sampaikan dalam obrolan santai di kediamannya saat menerima kunjungan silaturahmi para awak media yang selalu ingin mengetahui dan memantau setiap perkembangan informasi yang berkembang di dunia. Menurutnya, dunia saat ini dihadapkan pada tantangan pertahanan dan keamanan baru, dimana karakteristik potensi ancaman juga turut berubah. Sementara itu, seringkali kita masih menggunakan strategi pengamanan dengan karakteristik potensi ancaman masa lalu, sehingga timbul mata rantai
yang terputus antara potensi ancaman yang berubah dengan strategi pengamanan sebelumnya. Inilah basis penguatan strategi yang perlu dibahas dan dievaluasi Bersama di tataran level strategic, untuk kemudian dituangkan pada level operasional dan taktis.
Selanjutnya ia juga menyampaikan bahwa ada hal yang menarik ketika beberapa pakar kesehatan dunia berkumpul di Forum Ekonomi Dunia (WEF) tahunan di Davos, Swiss, Rabu (17/1/2024). Dimana pada kesempatan tersebut, mereka membahas disease X dan ancaman yang bisa dipicu pandemi lainnya di masa mendatang. Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom, Ketua Dewan Perusahaan Farmasi Astrazeneca, Menteri Kesehatan Brasil Nisia Trindade, para pembuat kebijakan dan anggota industri kesehatan mempertimbangkan persiapan diri dalam menghadapi risiko munculnya patogen yang tidak diketahui. Bahkan WEF mengatakan forum tersebut telah memperhitungkan untuk mempersiapkan sistem kesehatan global dalam menghadapi pandemi lainnya yang akan membutuhkan ‘hampir satu triliun dolar’. Ada apa dengan forum yang membahas ‘Disease X’ ini ?
Hal tersebut sebenarnya bisa menjadi sebuah ‘warning’ bagi para pengambil kebijakan di level strategis, karena adanya potensi ancaman global yang akan melanda ketahanan nasional. Perlu diketahui, menurut pihak WEF bahwa ‘Disease X’ ini diperkirakan dapat menyerang populasi manusia yang mengakibatkan kematian 20 kali lebih banyak dibandingkan pandemi virus corona. Disease X pertama kali diperdebatkan oleh WHO dalam tinjauan terhadap patogen yang dianggap sebagai prioritas penelitian untuk menginformasikan perencanaan kesehatan masyarakat. Nama pengganti itu diberikan untuk virus yang belum diketahui yang dapat menginfeksi manusia. Oleh karena itu, penyakit ini tidak mewakili suatu penyakit tertentu, melainkan virus penyebab pandemi lain yang dapat muncul dan harus direncanakan untuk diatasi.
Ketika pandemi virus corona pertama kali terjadi, beberapa ilmuwan menyarankan agar COVID-19 dianggap sebagai disease X yang pertama. Pada bulan Februari 2020, Marion Koopmans, ahli virologi Belanda dan penasihat WHO, menulis dalam jurnal Cell tentang COVID-19. Ia menuliskan bahwa virus baru tersebut adalah ‘dengan cepat menjadi tantangan pandemi pertama’. Dan itu sesuai dengan kategori dari disease X. COVID-19 muncul dari keluarga virus corona yang sudah diketahui dan sebelumnya telah melewati batasan spesies ke manusia, seperti pada epidemi SARS.
Kemudian ia juga mengatakan bahwa berbagai potensi ancaman yang sangat berbahaya tersebut, baik bagi umat manusia secara keseluruhan ataupun bagi masyarakat Indonesia pada khususnya, maka kebutuhan adanya unit khusus yang bernama Intelijen Medis (Medical Intelligence) menjadi sangat penting sekali. Inilah fakta dan sekaligus tantangan di depan mata saat ini, maka para Analis Intelijen Medis diharapkan bisa terus memantau, mengevaluasi dan menyiapkan langkah – langkah konkrit terhadap segala macam resiko dan kemungkinan yang akan terjadi. Hal ini masih kita asumsikan bahwa potensi ancaman tersebut terjadi secara alamiah saja. Apalagi jika kita membuat asumsi terhadap kemungkinan adanya serangan senjata biologis yang sengaja diciptakan untuk memusnahkan sebagian umat manusia. Dalam konteks ini dibutuhkan orang yang memiliki penguasaan subjek Intelijen Pertahanan dan penguasaan Senjata Biologis.
Lebih lanjut ia juga berpendapat bahwa senjata biologis saat ini dinilai sebagai instrument yang berpotensi untuk digunakan sebagai senjata secara efektif, mematikan, sulit dilacak, biaya murah, dan sulit pembuktian di pengadilan. Untuk itu, berdasarkan data dan fakta yang terus berkembang maka bisa diprediksi bahwa emerging virus akan terus muncul dengan berbagai variannya. Dengan demikian maka Intelijen Medis harus selalu siap dan waspada untuk memberikan informasi dan analisis intelijen yang cepat dan akurat sehingga mengetahui langkah – langkah yang harus dilakukan untuk mengantisipasinya. Indonesia harus mampu dan memiliki level kemandirian yang memadai guna mampu menanggulangi berbagai ancaman biologis maupun kimia. Unit Medical intelligence harus mulai melakukan desain perencanaan dan berbagai kegiatan deteksi, identifikasi, asesmen, respon, dan penanggulangan terhadap segala kemungkinan.
Jenis ancaman keamanan dan keselamatan negara semakin berkembang. Virus yang muncul hanya bagian dari objek medical intelligence. Banyak ancaman lain baik itu hasil buatan manusia karena ketegangan dunia maupun perubahan geopolitik. Termasuk hasil alami karena perubahan iklim yang mendorong muncul atau bermutasinya virus dan kuman. Berbagai studi menunjukkan perubahan iklim akan membawa konsekuensi ancaman kesehatan yang sangat serius saat ini dan akan datang.
“ Intelijen Medis akan konsen dalam perencanaan operasi intelijen yangberkaitan dengan Pengumpulan, Evaluasi, Analisis, dan Interpretasi Informasi Medis serta Bioteknologi. Termasuk Intelijen pada penyakit Endemik atau Epidemi, Organisme Berbahaya Lainnya, penyakit Hewan dan tumbuhan asing yang dapat menular ke manusia, Efek Medis dan Profilaksis terhadap Agen Kimia dan Biologis serta Radiasi. Jadi subjek dan objek garapannya berbeda, sangat spesifik tetapi memiliki dampak yang sangat besar bagi keselamatan dan keamanan negara “, pungkas Dede mengakhiri percakapan. (MLI)